Selasa, 21 Januari 2014

SANG PENGKHIANAT NUSANTARA DAN ISLAM

KEBIADABAN PRESIDEN SOEKARNO





Jauh sebelum NKRI berdiri, Nanggroe Aceh Darussalam telah berdaulat sebagai sebuah kerajaan merdeka dan bahkan menjadi bagian dari kekhalifahan Turki Utsmaniyah.




Hal ini sungguh-sungguh disadari Soekarno sehingga dia mengajak dan membujuk Muslim Aceh untuk mau bergabung dengan rakyat Indonesia guna melawan penjajah Belanda.



Saat berkunjung ke Aceh tahun 1948, Bung Karno dengan sengaja menemui tokoh Aceh, Daud Beureueh. Bung Karno selaku Presiden RI menyapa Daud Beureueh dengan sebutan “Kakak” dan terjadilah dialog yang sampai saat ini tersimpan dengan baik dalam catatan sejarah:



Presiden Soekarno : “Saya minta bantuan Kakak agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”



Daud Beureueh : “Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid.”



Presiden Soekarno : “Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan merdeka atau syahid.



Daud Beureueh : “Kalau begitu kedua pendapat kita telah bertemu Saudara Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Saudara Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti, kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan untuk menjalankan Syariat Islam di dalam daerahnya.”




Presiden Soekarno : “Mengenai hal itu Kakak tak usah khawatir. Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam.”



Daud Beureueh : “Maafkan saya Saudara Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami. Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Saudara Presiden.”



Presiden Soekarno : “Kalau demikian baiklah, saya setujui permintaan Kakak itu.”



Daud Beureueh : “Alhamdulillah. Atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikanhati Saudara Presiden. Kami mohon (sambil menyodorkan secarik kertas kepada presiden) sudi kiranya Saudara Presiden menulis sedikit di atas kertas ini.”



Mendengar ucapan Daud Beureueh itu Bung Karno langsung menangis terisak-isak. Airmata yang mengalir telah membasahi bajunya. Dalam keadaan sesenggukan, Soekarno berkata, “Kakak! Kalau begitu tidak ada gunanya aku menjadi presiden. Apa gunanya menjadi presiden kalau tidak dipercaya.” Dengan tetap tenang, Daud Beureueh menjawab, “Bukan kami tidak percaya, Saudara Presiden. Akan tetapi sekadar menjadi tanda yang akan kami perlihatkan kepada rakyat Aceh yang akan kami ajak untuk berperang.”



Sambil menyeka airmatanya, Bung Karno berjanji, “Wallah, Billah, kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan Syariat Islam. Dan Wallah, saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syariat Islam di dalam daerahnya. Nah, apakah Kakak masih ragu-ragu juga?” Daud Beureueh menjawab, “Saya tidak ragu Saudara Presiden. Sekali lagi, atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan hati Saudara Presiden.”



Dalam suatu wawancara yang dilakukan M. Nur El Ibrahimy dengan Daud Beureueh, Daud Beureueh menyatakan bahwa melihat Bung Karno menangis terisak-isak, dirinya tidak sampai hati lagi untuk bersikeras meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji presiden itu.



Soekarno mengucapkan janji tersebut pada tahun 1948. Setahun kemudian Aceh bersedia dijadikan satu provinsi sebagai bagian dari NKRI. Namun pada tahun 1951, belum kering bibir mengucap, Provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan Provinsi Sumatera Utara.



Jelas, ini menimbulkan sakit hati rakyat Aceh. Aceh yang porak-poranda setelah berperang cukup lama melawan Belanda dan kemudian Jepang, lalu menguras dan menghibahkan seluruh kekayaannya demi mempertahankan keberadaan Republik Indonesia tanpa pamrih, oleh pemerintah pusat bukannya dibangun dan ditata kembali malah dibiarkan terbengkalai.



Bukan itu saja, hak untuk mengurus diri sendiri pun akhirnya dicabut. Rumah-rumah rakyat, dayah-dayah, meunasah-meunasah, dan sebagainya yang hancur karena peperangan melawan penjajah dibiarkan porak-poranda. Bung Karno telah menjilat ludahnya sendiri dan mengkhianati janji yang telah diucapkannya atas nama Allah. Kenyataan ini oleh rakyat Aceh dianggap sebagai kesalahan yang tidak termaafkan.



Pengkhianatan Soekarno terhadap Muslim Aceh merupakan awal dari rentetan pengkhianatan—jika tidak mau dikatakan sebagai konspirasi—yang dilakukan negara terhadap Aceh dan rakyatnya, juga terhadap tokoh-tokoh Islam setelahnya.



Sejarah telah mencatat bagaimana rezim Soekarno juga telah melakukan penindasan terhadap umat Islam, terutama di tahun 1959-1965, di saat Soekarno bersedia dijadikan presiden seumur hidup dan demokrasi terpimpin.



Salah satunya adalah pembubaran Partai Masyumi dan penahanan tokoh-tokohnya. M. Natsir ditahan pada tahun 1961 dan 1966, juga Boerhanoeddin Harahap yang berada dalam tahanan dari tahun 1961 hingga 1967, Prawoto Mangkusasmito, Mohammad Roem, M.Yunan Nasution, E.Z. Muttaqin dan KH Isa Anshary, ditahan pula di Madiun pada tahun 1962. Ghazali Sjahlan, Jusuf Wibisono, Mr. dan Kasman Singodimejo di tahan di Sukabumi.

Demikian pula yang menimpa Soemarso Soemarsono, A. Mukti, Djanamar Adjam, KH.M. Syaaf dan lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh Masyumi. Selain ditangkap dan ditahan tanpa proses pengadilan yang benar, siksaan juga ditimpakan pada mereka.



Salah satu contoh, ini dipaparkan Ridwan Saidi, jika rezim Soekarno menyiksa Ustadz Ghazali Sjahlan hingga dia hanya diberi “makanan” berupa tetesan air pisang busuk selama di penjara.



Pada 16 Agustus 1945 petang hari, Soekarno dan Hatta dijemput oleh Ahmad Soebardjo, seorang kepercayaan Jepang, dan setelah Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada para pemuda PETA di Rengasdengklok, bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan besok, 17 Agustus 1945, barulah para pemuda itu melepaskan BK dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Di Jakarta mereka membicarakan sekitar Proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda, jalan Imam Bonjol No.1 sampai pukul tiga dini hari. Terjadilah dialog menarik antara BK dengan Soebardjo, seperti diceritakan dalam buku Lahirnya Republik Indonesia:



Masih ingatkah saudara, teks dan bab Pembukaan Undang-undang Dasar kita?



“Soekarno tanya kepada saya”, kata Soebardjo.



“Ya saya ingat”, saya menjawab, “Tetapi tidak lengkap seluruhnya”.



“Tidak mengapa”, Soekarno bilang, “Kita hanya memerlukan kalimat-kalimat yang menyangkut Proklamasi dan bukan seluruh Teksnya.”



Soekarno kemudian mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuai dengan apa yang saya ucapkan sebagai berikut: “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan.”



Di samping itu, Soebardjo mengakui pula: "Suatu kenyataan bahwa teks dari Proklamasi telah dirumuskan dalam apa yang dinamakan Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945. Rumusan ini hasil dari pertimbangan pertimbangan mengenai kata pembukaan atau Bab Pengantar dan undang-undang dasar kita oleh sembilan komite di mana Soekarno sendiri adalah ketuanya” (Mr.Ahmad Subardjo, Lahirnya Republik Indonesia, hlm. 108, PT Kinta, Jakarta 1972). Soebardjo kemudian menjadi Menlu RI yang pertama.



Dalam versi lain, Hatta berkomentar seperti ini,… Kalimat itu hanya menyatakan kemauan Bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Sebab itu, mesti ada komplemennya yang menyatakan bagaimana caranya menyelenggarakan Revolusi Nasional. Lalu, menurut Hatta, ia diktekan kalimat berikut: “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat¬singkatnya.” (Mohammad Hatta, sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 hlm. 50, Tinta Mas, Jakarta 1969).



Proklamasi Kemerdekaan itu diumumkan di rumah BK, Pegangsaan Timur No.56 Jakarta, pada 17 Agustus 1945, hari Jumat bulan Ramadhan, pukul 10.00 pagi.



Teks Proklamasi kemerdekaan RI yang di-kumandangkan setiap 17 Agustus, adalah teks yang tidak sah dan tidak otentik. Karena sama sekali tidak sesuai dengan apa yang di putuskan oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945.



Mengapa Proklamasi yang demikian penting dianggap remeh seolah-olah tanpa persiapan yang matang, dibuat terburu-buru pada malam hari, ditulis dengan tulisan tangan di atas secarik kertas disertai coret-coretan padahal beberapa jam lagi Prokla-masi akan diucapkan? Ironisnya, teks proklamasi "bid’ah", yang mengada-ada itu, dibuat di rumah seorang perwira Jepang, Laksamana Muda Maeda.



Mestinya Soekarno, Hatta dan Subardjo dimalam itu tidak perlu membicarakan teks proklamasi, teks yang sebenarnya telah selesai dipersiapkan oleh BPUPKI dua bulan sebelumnya. Malam itu cukup mereka membicarakan masalah teknis pelaksanaan, tempat, jam berapa akan diucapkan, siapa yang akan mengucapkan dan siapa-siapa yang akan diundang. Adapun teks Proklamasi tidak perlu dibicarakan lagi, sebab sudah ada dan sudah final, tidak perlu diubah-ubah lagi.





Teks Proklamasi Yang Asli



Adapun teks Proklamasi yang otentik, yang telah disepakati bersama oleh BPUPKI pada 22 juni 1945 itu sesuai dengan lafal atau teks Piagam Jakarta. Jelasnya teks Proklamasi itu haruslah berbunyi:


PROKLAMASI



Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.



Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa dan di dorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka dengan ini Rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.



Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan negara Republik Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan pedamaian abadi, dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.



Jakarta,22 Juni 1945



Ir. Soekarno

Drs. Muhammad Hatta
A.A. Maramis

Abikusno Cokrosuyoso

Abdul Kahar Muzakir

H. Agus Salim

Mr. Ahmad Subardjo

K.H. Wahid Hasjim

Mr. Muh Yamin



Demikian teks Proklamasi Asli yang harus di-kumandangkan bergema dan mengudara setiap Proklamasi di kumandangkan pada tanggal 17 Agustus. Tetapi hal itu tidak terjadi karena penyelewengan dan penghianatan sejarah.



Rakyat Indonesia telah lama dibohongi melalui penggelapan sejarah yang berkepanjangan. Hampir setiap buku pelajaran sejarah di Indonesia, tidak ada yang mencantumkan perihal sejarah yang sesuai pada kenyataannya.Termasuk cerita dongeng kemerdekaan bangsa Indonesia.Bila kita perhatikan kalimat dalam pembukaan UUD 45 “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka”,maka seharusnya kita menyadari bahwa saat ini kita masih sekedar berada di pintu gerbang dan belum memasuki bangunan kemerdekaan itu sendiri.Belum lagi bila kita teliti makna ucapan sukarno “kutitipkan bangsa ini kepadamu”,yang memberi kesan bahwa ada sesuatu pekerjaan yang belum terselesaikan.Terbukti sampai saat ini belanda belum memberikan pampasan perang kepada Indonesia,tidak seperti yang dilakukan jepang.Maka bisa diartikan bahwa pemerintah negera ini hanyalah perpanjangan tangan penjajah belanda yang melanjutkan kembali penjajahannya terhadap Bangas Indonesia.



Ada perjanjian terselubung di balik Konferensi Meja Bundar (KMB), di balik peristiwa sejarah yang disebut-sebut menjadi tonggak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia itu, tersembunyi perjanjian pembayaran utang-utang penjajah kolonial Belanda.Fakta yang sangat mencengangkan dari perjanjian yang digelar di Den Haag Belanda, 23 Agustus 1949, itu diceritakan kembali oleh Pengamat Ekonomi, Revrison Baswir, saat mengisi sebuah seminar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).



Menurut Revrison, untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia, pemerintah Belanda mengajukan beberapa persyaratan. Salah satunya, Indonesia harus mau mewarisi utang-utang yang dibuat Hindia Belanda, sebesar 4 miliar dolar AS. Indonesia yang saat itu diwakili Mochamad Hatta, menyetujui syarat tersebut."Sebelumnya, Hatta telah mendapat lampu hijau dari Soekarno untuk menyetujuinya. Indonesia menyetujui syarat tersebut untuk mendapat pengakuan kedaulatan. Namun, rencananya, Indonesia tidak akan membayar utang tersebut dan tetap membiarkannya menjadi tanggungan pemerintah Hindia Belanda," tutur Revrison.



Pada akhirnya rencana tersebut dijalankan. Pada kurun waktu 1949-1965, Indonesia tidak membayar utang tersebut. Akibatnya, munculah Agresi Militer Belanda I dan II. Setelah berkali-kali mengalami kegagalan, akhirnya Belanda pun menyerah untuk memaksakan kehendaknya agar Indonesia membayar utang tersebut.Namun, lanjut Revrison, Belanda tidak berhenti sampai di situ. Mereka mulai menyusun rencana lain, dengan cara lebih halus, antara lain dengan pembentukan Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI). Dari sejarah, diketahui jika kelompok yang diketuai Belanda itu didirikan untuk membantu pembangunan Indonesia.



"Ternyata, di balik pendirian IGGI pun ada udang di balik batu. Logikanya sederhana. IGGI dibentuk, Belanda ketuanya, dengan syarat Indonesia harus mau membayar utang peninggalan Hindia Belanda. Akhirnya, pada 1967-1968,Soeharto, melakukan reschedulling pembayaran utang tersebut," Hingga pada 1968 disepakati jika utang Hindia Belanda akan dicicil Indonesia dalam tempo 35 tahun. "Utang tersebut baru lunas pada 2003. Sekarang, utang Indonesia di luar utang Hindia Belanda bersisa 66,8 miliar dolar AS. Dengan utang sebesar ini, mau lunasnya kapan?" katanya.



Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar.Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:



1. Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua Barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua Barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua Barat bukan bagian dari serahterima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.

2. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara.

3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat



Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.Karena RIS dipandang sebagai kelanjutan dari India-Belanda(Nederlands-Indië), maka RIS harus menanggung utang Pemerintah India-Belanda kepada Pemerintah Belanda sebesar 6 ½ milyar Gulden.



Dalam perundingan KMB diputuskan, bahwa Pemerintah RIS harus membayar utang Pemerintah India Belanda kepada Pemerintah Belanda sebesar 4 ½ milyar Gulden. Di dalam jumlah ini, termasuk biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda untuk melancarkan agresi militer I tahun 1947 dan II tahun 1948.Pemerintah Indonesia membayar cicilan hingga mencapai 4 milyar gulden sampai tahun 1956, dan pembayaran dihentikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap tahun 1956. Jadi Indonesia membayar biaya untuk agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda kepada Indonesia.Selain itu, Pemerintah Orde Baru tahun 1969 menyetujui kompensasi bagi perusahaan-perusahaan Belanda yang dinasionalisasi di masa Presiden Sukarno.Kompensasi sebesar 350 juta US $ dicicil dan baru lunas tahun 2003.Hal ini berbeda dengan informasi oleh Baswir bahwa Indonesia tidak membayarkan hutang tsb selama periode 1945-1965. Berdasarkan informasi dari KUKB, justru sampai tahun 1956, Pemerintah Indonesia telah membayarkan hingga jumlah 4 milyar gulden. Sedangkan pada masa orde baru, pemerintah membayarkan kompensasi atas nasionalisasi perusahaan Belanda (bukan yg 4.5 milyar gulden), yang totalnya 350juta US$ dan lunas pada tahun 2003.

Dan inilah tangisan rakyat aceh
 



 Haruskah kita melupakan ini








Dan inikah penghargaan mereka untuk kita sebagai daerah modal




Jadi apa harganya nyawa rakyat kita, cukup sampai disini kah pengorbanan meraka


semua ini hanya segelintir gambaran yang kami sampaikan, sekarang semua terserah kepada anda, kemana aceh kita akan dibawa.








edited by teukufandy.blogspot.com


SUKARNO VS SUHARTO


Saat itu medio Juni 1970. Seseorang sedang menangis sesenggukan. ” Pak Karno sudah ” ( meninggal). Dengan menumpang kendaraan militer mereka bisa sampai di Wisma Yaso. Suasana sungguh sepi. Tidak ada penjagaan darikesatuan lain kecuali 3 truk berisi prajurit Marinir ( dulu KKO ). Saat itu memang Angkatan Laut, khususnya KKO sangat loyal terhadap Bung Karno. Jenderal KKO Hartono – Panglima KKO – pernah berkata , ” Hitam kata Bung Karno, hitam kata KKO. Merah kata Bung Karno, merah kata KKO “.


Banyak prediksi memperkirakan seandainya saja Bung Karno menolak untuk turun, dia dengan mudah akan melibas Mahasiswa dan Pasukan Jendral Soeharto, karena dia masih didukung oleh KKO, Angkatan Udara, beberapa divisi Angkatan Darat seperti Brawijaya dan terutama Siliwangi dengan panglimanya May. Jend Ibrahim Ajie.

Namun Bung Karno terlalu cinta terhadap negara ini. Sedikitpun ia tidak mau memilih opsi pertumpahan darah sebuah bangsa yang telah dipersatukan dengan susah payah. Ia memilih sukarela turun, dan membiarkan dirinya menjadi tumbal sejarah.


The winner takes it all. Begitulah sang pemenang tak akan sedikitpun menyisakan ruang bagi mereka yang kalah. Soekarno harus meninggalkan istana pindah ke istana Bogor . Tak berapa lama datang surat dari Panglima Kodam Jaya – Mayjend Amir Mahmud – disampaikan jam 8 pagi yang meminta bahwa Istana Bogor harus sudah dikosongkan jam 11 siang.

Buru buru Bu Hartini, istri Bung Karno mengumpulkan pakaian dan barang barang yang dibutuhkan serta membungkusnya dengan kain sprei. Barang barang lain semuanya ditinggalkan. ” Het is niet meer mijn huis ” – sudahlah, ini bukan rumah saya lagi , demikian Bung Karno menenangkan istrinya. Sejarah kemudian mencatat, Soekarno pindah ke Istana Batu Tulis sebelum akhirnya dimasukan kedalam karantina di Wisma Yaso. Beberapa panglima dan loyalis dipenjara. Jendral Ibrahim Adjie diasingkan menjadi dubes di London. Jendral KKO Hartono secara misterius mati terbunuh di rumahnya.

Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu belum banyak yang datang, termasuk keluarga Bung Karno sendiri. Tak tahu apa mereka masih di RSPAD sebelumnya. Jenasah dibawa ke Wisma Yaso. Di ruangan kamar yang suram, terbaring sang proklamator yang separuh hidupnya dihabiskan di penjara dan pembuangan kolonial Belanda. Terbujur dan mengenaskan. Hanya ada Bung Hatta! dan Ali Sadikin – Gubernur Jakarta – yang juga berasal dari KKO Marinir.

Bung Karno meninggal masih mengenakan sarung lurik warna merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak-bengkak dan rambutnya sudah botak. Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya. Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta sesisir buah pisang yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk. Kamar itu agak luas, dan jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam bisa terlihat halaman belakang yang ditumbuhi rumput alang alang setinggi dada manusia!

Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet di lantai di ruang tengahIbu dan Bapak saya serta beberapa orang disana sungkem kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang, dan juga orang orang lain.

Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan jenasah proklamator. Walau dalam Bung Karno berkeingan agar kelak dimakamkan di Istana Batu Tulis,Bogor. Pihak militer tetap tak mau mengambil resiko makam seorang Soekarno yang berdekatan dengan ibu kota . Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sebagai peristirahatan terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini.

Dalam catatan Kolonel Saelan, bekas wakil komandan Cakrabirawa, ” Bung Karno diinterogasi oleh Tim Pemeriksa Pusat di Wisma Yaso. Pemeriksaan dilakukan dengan cara cara yang amat kasar, dengan memukul mukul meja dan memaksakan jawaban”.
“Akibat perlakuan kasar terhadap Bung Karno, penyakitnya makin parah karena memang tidak mendapatkan pengobatan yang seharusnya diberikan. ” ( Dari Revolusi 1945 sampai Kudeta 1966)

Dr. Kartono Mohamad yang pernah mempelajari catatan tiga perawat Bung Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9 Juni 1970 serta mewancarai dokter Bung Karno berkesimpulan telah terjadi penelantaran. Obat yang diberikan hanya vitamin B, B12 dan duvadillan untuk mengatasi penyempitan darah. Padahal penyakitnya gangguan fungsi ginjal. Obat yang lebih baik dan mesin cuci darah tidak diberikan.
 ( Kompas 11 Mei 2006 )

Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan lebih lanjut, ” Bung Karno justru dirawat oleh dokter hewan saat di Istana Batutulis. Salah satu perawatnya juga bukan perawat. Tetapi dari Kowad”
( Kompas 13 Januari 2008 )

Dr. Kartono Mohamad yang pernah mempelajari catatan tiga perawat Bung Karno sejak 7 februari 1969 sampai 9 Juni 1970 serta mewancarai dokter Bung Karno berkesimpulan telahterjadi penelantaran. Obat yang diberikan hanya vitamin B, B12 dan duvadillan untuk mengatasi penyempitan darah. Padahal penyakitnya gangguan fungsi ginjal. Obat yang lebih baik dan mesin cuci darah tidak diberikan.
( Kompas 11 Mei 2006 )

Rachmawati Soekarnoputri, menjelaskan lebih lanjut, ” Bung Karno justru dirawat oleh dokter hewan saat di Istana Batutulis. Salah satu perawatnya juga bukan perawat. Tetapi dari Kowad”
( Kompas 13 Januari 2008)



Sangat berbeda dengan dengan perlakuan terhadap mantan Presiden Soeharto, yang setiap hari tersedia dokter dokter dan peralatan canggih untuk memperpanjang hidupnya, dan masih didampingi tim pembela yang dengan sangat gigih membela kejahatan yang dituduhkan.Sekalipun Soeharto tidak pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan ketika tim kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana. Mereka harus menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden!




Malam semakin panas. Tiba tiba saja udara dalam dada semakin bertambah sesak. Saya membayangkan sebuah bangsa yang menjadi kerdil dan munafik. Apakah jejak sejarah tak pernah mengajarkan kejujuran ketika justru manusia merasa bisa meniupkan roh roh kebenaran? Kisah tragis ini tidak banyak diketahui orang. Kesaksian tidak pernah menjadi hakiki karena selalu ada tabir tabir di sekelilingnya yang diam membisu.Selalu saja ada korban dari mereka yang mempertentangkan benar atau salah.Butuh waktu bagi bangsa ini untuk menjadi arif.Kesadaran adalah Matahari Kesabaran adalah Bumi Keberanian menjadi cakrawala Keterbukaan adalah pelaksanaan kata kata***

Kepala Ayah Dipenggal di Depan Mataku


MENGENANG TRAGEDI 65
Sejarah kelam bangsa kita, dikutip dari webside http://umarsaid.free.fr
maksud kami tidak untuk membangkitkan kebencian toko-tokoh bangsa kita dizaman dulu, namun tidak salahnya kita sama-sama mengenang mimpi buruk di masa lalu yang pernah kita alami bersama.


Kisah yang disajikan oleh Sadewa di bawah ini adalah salah satu saja di antara beberapa ratusan ribu (bahkan, mungkin jutaan !) kisah nyata tentang berbagai kejadian yang menyedihkan atau mengharukan sekitar peristiwa 65. Sebenarnya, kisah yang kurang lebih sejenis atau serupa masih banyak sekali yang bisa ditemukan di seluruh Indonesia. Sejak Suharto turun dari kedudukannya sebagai presiden dan pimpinan tertinggi Orde Baru, sedikit demi sedikit mulai muncul terbuka kisah-kisah tentang kejadian-kejadian di sekitar peristiwa 65 ini.
Tetapi, masih banyak sekali kisah-kisah tentang peristiwa 65 yang terpendam atau tersembunyi sampai sekarang. Padahal, munculnya kisah-kisah nyata itu sehingga diketahui oleh orang banyak adalah mutlak penting sekali, untuk menunjukkan watak sebenarnya atau sifat jahat Suharto beserta para pembangun Orde Baru lainnya. Mengangkat atau menyebarluaskan kisah-kisah nyata tentang kejahatan Orde Baru adalah bagian yang penting dari usaha untuk menjadikannya sebagai pendidikan bangsa.
Peristiwa 65 adalah gudang besar sejarah yang berisi berbagai kisah nyata tentang kebiadaban dan kekejaman yang mengerikan, menyedihkan, menakutkan, (atau juga memuakkan !) yang pernah dilakukan oleh Suharto dkk beserta pendukung-pendukungnya terhadap sejumlah besar sekali golongan kiri dan simpatisan-simpatisan Bung Karno. Sampai sekarang, masih terdapat banyak orang, dimana-mana, yang bisa menceritakan dengan sejelas-jelasnya dan sejujur-jujurnya pengalaman mereka ini.
Sebagai contoh, wawancara singkat Sumarsono (nama samaran) kepada Sadewa seperti yang ditulis di bawah ini merupakan bukti kuat tentang betapa sewenang-wenangnya serta betapa kejamnya aparat (baca : Angkatan Darat) waktu itu terhadap orang-orang yang dianggap kiri atau pengikut PKI. Dan seperti yang diketahui oleh banyak orang, kejadian semacam yang dialami ayah dan ibu Sumarsono di Pekalongan ini juga terjadi di banyak sekali daerah di seluruh Indonesia. Dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, sampai Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan tempat-tempat lainnya.
Jadi, sekarang ini masih banyak sekali saksi hidup dari kalangan eks-tapol dan para korban 65 beserta sanak saudaranya yang bisa menceritakan kembali apa yang sudah terjadi dengan sebenarnya sekitar peristiwa 65 itu. Sebagian kecil sekali di antara mereka sudah ada yang mau, dan sudah berani, berbicara tentang perlakuan sewenang-wenang dan tidak bermanusiawi yang mereka alami. Tetapi sebagian terbesar dari mereka masih belum bisa melakukannya, oleh karena berbagai faktor atau sebab.
Padahal, terungkapnya sebanyak-banyaknya berbagai kisah nyata tentang peristiwa 65 itu adalah penting – dan berguna sekali !!! - bagi kehidupan bangsa dan generasi selanjutnya. Perbuatan kejam secara besar-besaran – dan biadab - yang dilakukan terhadap jutaan orang tidak bersalah apa-apa itu adalah aib bangsa kita, dan merupakan pelajaran berharga , yang tidak boleh terulang lagi di kemudian hari.Untuk tidak mengulangi lagi, perlulah kiranya diketahui dengan baik dan jelas apa-apa saja dari kebiadaban yang sudah terjadi.
Dari segi ini kelihatanlah bahwa pengungkapan kisah-kisah mengenai peristiwa 65 adalah tindakan yang mempunyai tujuan luhur bagi kehidupan bangsa, dalam rangka usaha bersama untuk benar-benar menjunjung tinggi-tinggi Pancasila (Pancasila menurut jiwa aslinya, yaitu jiwa Bung Karno, dan bukannya menurut “Pancasila” palsu yang selama lebih dari 32 tahun dikoar-koarkan secara munafik oleh Suharto beserta para pendukungnya).
Menyebarluaskan segala tindakan biadab dan tidak manusiawi oleh Suharto beserta para pendukung setia Orde Baru - dan mengutuknya - adalah perlu sekali dalam usaha untuk membersihkan bangsa kita dari penyakit jiwa yang parah atau iman yang sesat, yang bisa menyebabkan terjadinya kebiadaban-kebiadaban luar biasa di sekitar peristiwa 65 dan sesudahnya. Bangsa kita tidak bisa atau tidak pantas digolongkan sebagai bangsa terhormat selama masih mendiamkan (bahkan menyembunyikan) berbagai kekejaman yang berkaitan dengan peristiwa 65.



A. Umar Said

Berikut adalah wawancara Sadewa (alamat E-mailnya : sadewa48@centrin.net.id) dengan saksi hidup Sumarsono (nama samaran) yang berasal dari daerah Pekalongan

* * *

(Ringkasan transkrip wawancara dengan Sumarsono pada 4 Maret 2001 di Jakarta. Atas permintaan narasumber, semua nama orang diganti tetapi tiga huruf pertama tetap asli. Nama tempat semuanya asli.)
Aku lupa kapan presisnya. Tapi kira-kira dekat dengan akhir tahun 1965. Malam itu sebuah truk warna abu-abu gelap berhenti di rumah orangtuaku, Sukartono, yang tinggal di desa Kesesi tak jauh dari kota Kawedanan Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Sebenarnya itu bukan rumah orangtuaku. Ayah, ibu dan aku (anak tunggal) mengungsi di rumah itu dari desa Sebedug. Desa ini terletak dekat jalan pertigaan. Kalau ke Utara sampai Wiradesa, kalau ke Timur sampai Kecamatan Karanganyar dan kalau ke Selatan sampai kota Kawedanan Kajen.
Kami mengungsi ke rumah saudara ayahku di Kesesi karena merasa tidak aman, sebab sejak pecah peristiwa 30 September 1965 itu, banyak anggota BTI (atau dituduh BTI) ditangkapi dan ditahan. Ada juga yang dari desa Sangangjaya, Watubelah, Tambor, Kemploko dan lain-lain.
Malam itu, kami bertiga dinaikkan ke atas truk di mana sudah banyak orang lain di atasnya. Beberapa di antaranya saling kenal dengan ayah ibuku. Truk itu menuju ke kantor Kepolisian Kajen. Beberapa hari kami ditahan di tempat itu yang letaknya tak jauh dari sebuah sungai.
Selanjutnya kami bertiga kembali dinaikkan truk menuju ke Pekalongan. Seperti yang pertama, di atas truk sudah ada beberapa orang dengan tangan terikat. Sebelum masuk kota Pekalongan truk menuju ke arah timur, dan setelah sampai di luar kota membelok ke kiri menuju ke utara, lalu menyusuri jalan kecil ke timur. Semua penumpang diam membisu. Di atas truk ada "aparat" yang tak kuketahui jelas, polisi atau tentara, bercelana loreng tapi bajunya hitam sipil dan pakai ikat kepala merah.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh di tempat sepi itu, si “aparat” berteriak pada sopir sambil memukul-mukul atap truk. "Ini sudah sampai Gamer. Ya, ini Gamer. Coba cari jalan ke utara arah pantai biar urusannya gampang, ha, ha!"
Tentu saja aku tak tahu apa maksud kata-kata itu. Rupanya Gamer nama desa yang terletak antara kota Pekalongan dan Batang, menyusuri daerah pantai. Sepi, gelap, tapi sayup-sayup aku mendengar suara debur ombak. Rupanya truk sudah mendekati pantai.
Truk berhenti, tapi hanya kami bertiga yang diturunkan. Yang lain dibiarkan di atas truk. Pak "aparat" ikut turun. Ada satu "aparat" lagi turun dari samping sopir. Dia membawa benda panjang yang dibungkus kain hitam. Di atas truk masih ada tiga "aparat" lagi yang semua memakai pakaian polisi dan tidak ikut turun. Mereka membawa senjata api. Kami digiring terus ke utara, dan suara debur ombak semakin terdengar nyata.

Kami disuruh berhenti. "Ayo jongkok" perintah Pak "aparat" yang membawa benda panjang dibungkus kain hitam itu. Kami bertiga jongkok. Tapi ayahku diseret untuk jongkok agak terpisah.
"Kamu Sukartono sudah lama dicari-cari. Malam ini kamu harus mati" kata Pak "aparat" dengan kasar. Dia membuka kain yang membungkus benda panjang itu dan aku tahu ternyata benda itu sebuah golok atau pedang. Jantungku berdebar kencang dan ternyata aku terkencing-kencing di celana. Ketika itu usiaku baru 13 tahunan karena baru lulus SD. Aku sadar, ayahku akan dibunuh.
"Hei, lihat sana!" Bentak Pak "aparat" satunya lagi memaksa ibuku dan aku memandangi ayahku yang sedang berjongkok menunggu maut. Ibuku menutupi wajah dengan tangannya, tapi langsung ditendang. Golok itu berkelebat. Dan ibuku jatuh menindih tubuhku yang ikut roboh. Aku masih sempat melihat bagaimana kepala ayahku lepas dari lehernya. Sementara ibuku pingsan.
Peristiwa itu hanya berlangsung beberapa menit dan aku diseret dipaksa berjalan kembali ke atas truk. Tapi aku tak melihat ibuku lagi. Aku ditendang naik ke atas truk. Orang-orang yang tadi di atas truk masih utuh tak ada yang berkurang. Tapi kedua Pak "aparat" tidak ikut naik. Mataku mencari sosok ibuku di kegelapan malam namun tak terlihat. Apakah ikut dipenggal? Lalu di mana kedua mayat orangtuaku? Aku ingat kata-kata Pak "aparat" ketika mengajak si sopir truk mendekati pantai "biar gampang urusannya". Apakah artinya ayahku (dan mungkin juga ibuku) dibuang ke laut sesudah dibunuh agar tanpa repot-repot menguburkan dan meninggalkan bekas?
Aku tak bisa berpikir. Truk berbelok ke arah Barat dan memasuki kota Pekalongan, berhenti di depan sebuah penjara yang terletak berseberangan dengan kali. Tengah malam itu semua penumpang disuruh turun dari truk, langsung digiring masuk ke penjara yang kemudian kuketahui namana Penjara Loji.

* * *

Mungkin ada duabelas tahunan aku menghuni penjara itu dan aku tetap tak mendapat berita di mana gerangan ibuku, yang bernama Sumiarti, kalau masih hidup, sampai saatnya aku dibebaskan. Yang aneh, di penjara itu namaku "disulap" menjadi Sutrisno, anggota Pemuda Rakjat pelarian dari Kediri. Itulah identitas yang harus kuakui setiap kali ada pemeriksaan. Padahal namaku Sumarsono. Aku tahu apa yang disebut Pemuda Rakyat tapi jelas aku tidak pernah menjadi anggotanya karena ketika masuk pejara itu aku baru menginjak usia 13 tahunan. Kediri adalah nama kota di Jawa Timur yang hanya kukenal dalam pelajaran sekolah. Tapi itulah yang harus kuakui sebagai "kota kelahiranku".
Karena "pelarian dari Kediri", maka saat pembebasan aku digabungkan dengan para tahanan yang akan dipulangkan ke Semarang. Mereka kelihatan gembira akan kembali ke kampung halamannya. Kecuali aku yang justru bingung. Dalam perjalanan salah seorang teman berbisik: "Kalau kau memang bukan asal Kediri, nanti ikut turun saja di Semarang, kita coba bertani di kampungku. Aku orang Boja".
Ringkas kata, aku mengikuti ajakannya. Mungkin ada empat tahunan aku di Boja, untuk kemudian kami berdua sepakat untuk sama-sama mengadu nasib ke Jakarta sebagai kuli bangunan. Semula kami tetap berdua tinggal di bedeng, sampai bisa mengontrak kamar dan setelah cukup mapan kami berpisahan untuk membangun rumahtangga sendiri.
Kini kami berkeluarga dengan tiga anak. Usiaku (2001) 49 tahunan, tapi aku tak putus harapan, kiranya pada suatu saat masih bisa bertemu dengan ibuku, Sumiarti yang tentunya sudah berusia lebih dari 75 tahunan dengan ciri-ciri ada bekas luka di kaki kanannya.


Pewawancara: Sadewa48

SEJARAH EUFA CHAMPIONS LEAGUE


MATA DUNIA ; Kejuaraan ini pertama kali dicetuskan oleh salah satu majalah olah raga Perancis. Trofi berbentuk piala yang dijuluki "The Big Ears" (Telinga Besar),dan trofi pertama berbeda dengan yang sekarang diperebutkan (dibuat oleh Stadellman). Piala yang diperebutkan sekarang adalah edisi ke-6. Pada awalnya kejuaraan memperebutkan piala bernama Piala Juara Klub Eropa atauEuropean Champion Clubs' Cup, yang biasanya disingkat menjadi Piala Eropa (European Cup, dan berbeda dari Piala Eropa seperti yang dikenal di Indonesia sekarang ini yang merujuk kepada European Championship). Kejuaraan ini dimulai pada musim 1955/56 dengan menggunakan sistem gugur dua leg, yaitu setiap tim bermain dua pertandingan, satu tandang dan satu di kandang, dan tim dengan skor rata-rata tertinggi maju ke babak berikutnya. Hanya tim-tim juara liga di masing-masing negara, ditambah dengan pemegang juara pada saat itu, yang berhak ikut ajang kompetisi ini.

Logo Liga Champions di Baju Pemenang
Khusus bagi tim yang pernah juara Liga Champions minimal 5 kali tidak berturut-turut atau 3 kali berturut-turut, di lengan baju kiri akan terdapat logo Liga Champions dan tertulis jumlah piala yang dikoleksi. Seperi Ajax misalnya, karena juara pada tahun 1971, 1972 dan 1973 di lengan baju kiri terdapat logo Liga Champions disertai dengan jumlah piala yang didapat.

Tim yang mengenakan logo Champion di lengan yaitu: Real Madrid (juara 9 kali), AC Milan (juara 7 kali), Liverpool (juara 5 kali), Bayer Muenchen (juara 74, 75 dan 76) dan Ajax (juara 71, 72, dan 73)

Dalam 19 musim terakhir, hanya ada satu tim yang berhasil mempertahankan gelar juara Liga Champions (saat itu format dan namanya masih Piala Champions) selama dua musim berturut-turut, yaitu AC Milan yang kala itu masih berpredikat The Dream Team. Namun, setelah diubah formatnya menjadi Liga Champion, belum ada satu timpun yang berhasil mempertahankan gelar juaranya. Milan dan Juventus adalah tim dalam 15 musim terakhir yang berhasil meraih final secara 3 kali berturut-turut. Milan (1993, 1994 (Juara), dan 1995) dan Juventus(1996(Juara), 1997, dan 1998).

Pada akhir musim 2004/05 terjadi masalah. Liverpool yang juara Liga Champions pada musim itu berhak lolos langsung ke babak penyisihan musim depan, namun Liverpool di liga domestik ada di peringkat lima. Everton yang merupakan peringkat 4 mengajukan protes, sehingga Liverpool dan Everton tetap ikut Liga Champions musim depan (Everton lewat kualifikasi) dan Inggris pun punya lima tim ke Liga Champions (terbanyak dalam satu negara).

Kualifikasi Liga Champion

Kualifikasi untuk Liga Champions ditentukan oleh posisi tim-tim di liga domestik dan melalui sistem kuota; negara-negara yang mempunyai liga domestik yang lebih kuat diberikan lebih banyak tempat. Klub yang bermain di liga domestik yang lebih kuat juga mulai ikut pada babak yang lebih akhir. Misalnya, tiga liga terkuat, menurut peringkat UEFA, akan melihat juara dan runner-upnya langsung masuk ke babak fase grup, dan peringkat ketiga dan keempat masuk pada babak kualifikasi ketiga. Ada pengecualian pada peraturan ini; juara bertahan Liga Champions lolos secara otomatis ke babak grup tanpa tergantung posisi akhirnya di liga domestik. Dalam perputaran kompetisi liga Champion klub-klub bertarung sengit untuk menempati posisi teratas sehingga layak ikut serta kejuaraan ini.

Minggu, 19 Januari 2014

SEJARAH ULTRAS


MATA DUNIA oke sob,yuuk mari kita lanjutin dengan sejarah panjang ULTRAS, Ultras (berasal dari bahasa Latin ultra, yang berarti melampaui dalam bahasa Inggris, dengan implikasi bahwa antusiasme mereka adalah 'luar' normal) adalah bentuk tim olahraga terkenal pendukung fanatik mereka menampilkan dukungan dan rumit. Mereka sebagian besar adalah pengikut Eropa tim sepak bola. Kecenderungan perilaku kelompok-kelompok ultras mencakup penggunaan suar-terutama dalam koreografi-tifo, dukungan vokal dalam kelompok besar, bertentangan dengan penguasa dan tampilan banner di stadion sepak bola, yang digunakan untuk menciptakan suasana yang mengintimidasi pemain lawan dan pendukung , serta mendorong tim mereka sendiri. Konsisten saingan dengan lawan pendukung, kelompok-kelompok ultras sering diidentikkan dengan tim masing-masing. Tindakan kelompok penggemar ultra kadang-kadang bisa terlalu ekstrim dan kadang-kadang dipengaruhi oleh kekerasan rasial, ideologi politik, lintas-kota derbies antar klub dari kota yang sama, dan bahkan dari pertunjukan miskin oleh tim.

Asal 
Subkelompok fan khusus ini muncul kuat di Italia pada akhir 1960-an ketika tim sepak bola mengurangi harga tiket di daerah-daerah tertentu di stadion.Istilah ini jarang dipakai di Inggris, tetapi dapat diterapkan untuk hardcore fans, atau penjahat.
Terpanjang berdiri kelompok ultra dikatakan Hadjuk's Split Torcida yang didirikan pada tahun 1950, dan mengambil nama dari apa yang disebut kelompok-kelompok pendukung di Brazil.However, yang "Fedelissimi Granata" didirikan di Turin pada tahun 1951, dan masih hadir di garis ultra-up di Maratona curva.Ultras Sampdoria muncul pada tahun 1969 (yang pertama menyebut diri mereka "Ultra"), diikuti dengan "Boys San" dari Inter. Pada tahun 1986 di Serbia, Red Star Belgrade Ultras Grup ini dibentuk.

Karakteristik 
Kelompok ultra biasanya didasarkan pada kelompok inti (yang cenderung memiliki kontrol eksekutif seluruh kelompok), dengan subkelompok yang lebih kecil yang diselenggarakan oleh lokasi, persahabatan atau sikap politik. Ultras cenderung menggunakan berbagai gaya dan ukuran spanduk dan bendera dengan nama dan simbol-simbol kelompok. Beberapa kelompok ultra menjual barang dagangan mereka sendiri seperti syal, topi dan jaket. Budaya ultra adalah campuran dari beberapa gaya yang mendukung, seperti syal-melambai dan nyanyian. Kelompok ultra dapat nomor dari beberapa ratusan penggemar, dan sering mengklaim seluruh bagian dari sebuah stadion untuk diri mereka sendiri.
Keempat poin inti dari mentalitas ultra adalah:
• tidak pernah berhenti bernyanyi atau melantunkan selama pertandingan, tidak peduli apa hasilnya
• tidak pernah duduk selama pertandingan
• menghadiri permainan sebanyak mungkin (rumah dan pergi), tanpa biaya atau jarak
• kesetiaan kepada yang berdiri di kelompok ini terletak (juga dikenal sebagai Curva atau Kop).
Kelompok ultra biasanya memiliki perwakilan yang liaises dengan pemilik klub secara teratur, terutama mengenai tiket, alokasi kursi dan fasilitas penyimpanan. Beberapa kelompok klub menyediakan tiket murah, kamar untuk penyimpanan bendera dan spanduk, dan awal akses ke stadion sebelum pertandingan dalam rangka untuk mempersiapkan display. Beberapa non-ultras telah mengkritik jenis hubungan disukai. Beberapa penonton ultras mengkritik karena tidak pernah duduk selama pertandingan dan untuk menampilkan spanduk dan bendera, yang menghalangi pandangan mereka yang duduk di belakang. Ultras mengkritik orang lain untuk serangan fisik atau intimidasi non-ultra fans.


Hari Pertandingan
Varvari tifo di rumah Montenegro pertandingan Liga Pertama
Sebelum pertandingan besar, kebanyakan kelompok-kelompok ultra choreograph layar yang besar, (kadang-kadang dikenal sebagai Tifo) untuk ketika tim masuk. Mulai ukuran, berdasarkan kemampuan keuangan kelompok, telah tifo ditampilkan hanya di bagian stadion di mana kelompok ini terletak atau seluruh stadion. Kadang-kadang lembaran kecil plastik atau kertas yang dipegang tinggi-tinggi untuk membentuk suatu pola atau warna stadion. Materi lain yang digunakan termasuk balon, pita, spanduk besar, suar, bom asap, dan lebih baru-baru ini, boneka raksasa (seperti yang digunakan oleh Sampdoria's ultras pada tahun 2002). Ikon budaya populer yang sering digunakan pada spanduk, seperti Alex DeLarge (dari film A Clockwork Orange), Bulldog, atau Che Guevara.Corporate logo dan merek catchphrases juga sering digunakan. The display, yang dapat mahal untuk membuat, sering waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan.
Umumnya, ultra 'kelompok-kelompok, terutama di Italia, memiliki rasa permusuhan terhadap apa yang disebut sepak bola modern, yang mengacu pada semua-seater stadion, lebih mahal tiket, pertandingan yang dimainkan di non-tradisional kali (terutama malam pertandingan), pemain yang dibeli dan dijual seperti barang dagangan, dan komersialisasi yang berlebihan sepakbola pada umumnya. Spanduk yang menyatakan "contro Il Calcio Moderno" (Against sepak bola modern) atau sekadar "Tidak Al Calcio Moderno" (Tidak untuk sepak bola modern) yang biasa terlihat di stadion Italia, dan juga muncul dalam bagian-bagian lain Eropa. Bahasa Inggris umum setara, dilihat pada spanduk dan bendera di stadion di seluruh Inggris Raya, adalah ungkapan "Cinta Football, Hate Bisnis".
Kelompok ultra cenderung sangat vokal di pertandingan, dengan masing-masing kelompok memiliki beberapa nyanyian sepak bola. Melodinya sebagian besar diambil dari lagu-lagu populer, seperti "Guantanamera" dan "7 Nation Army". Lagu populer lainnya, dinyanyikan secara keseluruhan mencakup "Ciao Bella" dan "ACAB (All Cops Are Bastards)". Dalam kebanyakan kasus, seorang pemimpin kelompok, sering menggunakan megafon, mengkoordinasikan berbagai kegiatan dari seluruh kelompok, termasuk nyanyian, lagu, dan bannertetes. Website Fanzines dan memainkan peran besar dalam gerakan ultra. Sebagai biaya cetak menurun dan meningkatkan perangkat lunak penerbitan, fanzines telah menjadi semakin lebih profesional tampak.



Holiganism
Meskipun kelompok ultra bisa menjadi kekerasan, sebagian besar melanjutkan pertandingan tanpa insiden kekerasan. Tidak seperti perusahaan berandal, yang tujuan utamanya adalah untuk melawan para penggemar klub-klub lain, fokus utama dari ultras adalah untuk mendukung tim mereka sendiri. Penjahat biasanya mencoba untuk tidak menarik perhatian ketika mereka melakukan perjalanan, biasanya tidak mengenakan warna tim, dalam rangka untuk menghindari deteksi oleh polisi. Ultras cenderung lebih mencolok ketika mereka melakukan perjalanan dan suka tiba secara massal, yang memungkinkan polisi untuk mengawasi gerakan mereka. Ketika masalah yang melibatkan ultras tidak pecah, biasanya mengambil bentuk huru-hara politik yang mirip dengan yang di Italia pada 1970-an ketika Carabinieri menggunakan taktik yang sama dengan ultras seperti yang mereka lakukan dengan aktivis politik.
Namun, di sana tidak tampak "crossover di beberapa negara antara ultras dan hooligan. Di Italia, ketika klub Inggris Middlesbrough F.C. memainkan pertandingan melawan AS Roma pada Maret 2006, tiga fans Middlesbrough ditikam dalam serangan yang dipersalahkan pada pendukung Roma ultras.Roma ultras pendukung juga dipersalahkan karena sebuah insiden yang berkaitan dengan klub melawan klub Inggris Manchester United di Roma pada April 2007, yang mengakibatkan dalam 11 Manchester penggemar dan dua kipas Italia dibawa ke rumah sakit.ini peristiwa-peristiwa spesifik mungkin akan diberikan ke anti-pola pikir Inggris antara beberapa Roma fans bahwa tanggal kembali ke final Piala Eropa 1984. Berwenang Spanyol telah mengkhawatirkan terkait ultra-kekerasan terhadap pendukung klub-klub lain, seperti pembunuhan seorang penggemar Real Sociedad.



Politik
 Napoli ultras memegang tinggi-tinggi spanduk protes tentang reaksi otoritas kematian seorang penggemar dari klub saingan.
Kelompok ultra kadang-kadang dikaitkan dengan politik, seperti rasisme, anti-rasisme, nasionalisme atau anti-kapitalisme. Selain itu, salah satu gerakan yang tumbuh dalam kelompok-kelompok ultra yang melampaui kiri-kanan tradisional politik adalah perlawanan terhadap komersialisasi sepak bola. Di Italia gerakan ini disebut Tidak al Calcio Moderno, yang diartikan sebagai Football Modern Nay. [7] Pada beberapa kasus, para penggemar telah memisahkan diri dari tim asli dan membentuk tim sendiri, seperti Manchester United FC untuk F.C. Bersatu of Manchester, Wimbledon FC (sekarang Milton Keynes Dons FC) untuk AFC Wimbledon dan FC Red Bull Salzburg untuk SV Austria Salzburg.
Beberapa kelompok Ultra - seperti Livorno's Brigate Autonome Livornesi, NK Zagreb's Bijeli anđeli, AC Arezzo's Fossa, Pisa Calcio's Ultras, Olympique de Marseille Curva-Massilia, St.Pauli 's Ultra Sankt Pauli, Celtic FC's Green Brigade, Hapoel Tel-Aviv Hapoel Ultras, Atalanta Bergamo's "Brigate Neroazzure", AEK Athena's Original 21, AC Omonia's Gate 9 dan Sevilla FC's Biris Norte - dikenal untuk menampilkan bendera dengan bintang merah, palu dan arit, lambang anarki, gambar Che Guevara atau berbagai anti-fasis ikonografi. Di Turki, Beşiktaş JK kelompok ultra Çarşı, yang dikenal karena pandangan sayap kiri, memiliki nilai A dalam logo yang mirip dengan simbol anarki. Ajax Amsterdam penggemar sering menampilkan Bintang Daud dan bendera Israel, dan secara teratur menyanyikan "Joden! Joden!" (Belanda untuk "Yahudi! Yahudi!") Dalam referensi klub akar Yahudi. Demikian pula, Tottenham Hotspurs ultras Yidos label sendiri dan memanggil tim Yid Angkatan Darat, untuk relect warisan Yahudi mereka. Antirazzisti MONDIALI tahunan (Anti-rasis Piala Dunia) menarik lebih dari 6000 orang, dan merupakan pertemuan terbesar anti-fasis di dunia Ultras.
Ada banyak politisi kanan ultras di dunia seperti Maccabi Tel Aviv's Ultras Beitar Yerusalem Famillia La Irriducibili Lazio, Inter's Boys San, Real Madrids Ultras Sur, Hellas Verona Brigate Gialloblu Espanyol's Brigadas Blanquiazules, FC Steaua Bucureşti's Peluza Nord & Peluza Sud, FC Dinamo Bucuresti's PCH (Peluza Cătălin Hîldan) dan Atletico Madrid kelompok ultra dikenal untuk menampilkan swastika dan rasis.


Persaingan 
Sengit persaingan antara kelompok-kelompok ultra dapat ditemukan di seluruh dunia, walaupun sebagian besar dari persaingan yang lebih besar ditemukan di Eropa. Para persaingan sering didasarkan sekitar permusuhan dasar ke tim saingannya, terutama di derbies, dan beberapa persaingan yang sebagian didasarkan pada politik (misalnya Livorno vs Lazio). Ada juga telah persaingan antara kelompok-kelompok ultra yang mendukung tim yang sama; didasarkan pada pribadi dan / atau sengketa kepemimpinan. Kadang-kadang kelompok-kelompok ultra mencoba menangkap spanduk dan bendera dari kelompok saingan. Kehilangan banner atau bendera grup saingan dianggap sebagai penghinaan besar, dan kehilangan fraksi banner diperlukan untuk membubarkan diri.
Dalam buku Bagaimana Menjelaskan Sepak Bola Dunia, Franklin Foer menggambarkan persaingan antara tim Serbia dan Kroat sebagai, "baru, atau lebih tua, permusuhan bisa dilihat jelas di stadion sepak bola ... penggemar bernyanyi tentang pembunuhan masing-masing." ultras dari FK Partizan, Grobari (Penggali Kubur) dan FC Red Star Beograd, Delije (Pahlawan) membentuk dasar arkan's Macan, sebuah kekuatan paramiliter Serbia yang kemudian terlibat dalam berbagai aksi teror selama Perang di Yugoslavia. The Tigers membuat penampilan dramatis selama permainan derby Beograd 22 Maret 1992 antara Red Star dan Partizan; mereka mengangkat rambu berkata: '20 mil ke Vukovar '; '10 mil ke Vukovar'; 'Selamat Datang di Vukovar'. Lebih tanda diikuti, masing-masing nama untuk sebuah kota Kroasia yang telah jatuh ke pasukan Serbia. Arkan kemudian direktur Red Star pendukung 'asosiasi.Dalam pertandingan nanti, setelah pasukan Serbia mundur dari pendudukan Vukovar, Kroasia penggemar secara berkala akan menampilkan tanda-tanda menghormati Vukovar (kadang-kadang dieja Vukowar) dan menyanyikan: "Vukovar! Vukovar!". Ketika Bosnia-Herzegovina memainkan pertandingan persahabatan melawan Kroasia pada Agustus 2007, Kroasia penggemar membentuk sebuah simbol U manusia, yang mewakili gerakan fasis Ustase bertanggung jawab atas pembunuhan massal Serbia, Yahudi, dan orang-orang Roma selama Perang Dunia II. Ini adalah saat adanya peningkatan ketegangan etnis di Bosnia antara Kroasia dan Muslim Bosnia.


MATA DUNIA Teukufandy.blogspot.com

SEJARAH DI MULAINYA PERSETERUAN EL CLASICO


MATA DUNIA Sejarah Panjang Duel El Clasico Barcelona Vs Real Madrid- Hay Sobat MATA DUNIA yang saya cintai, kali ini saya akan menemani Sobat semua dengan informasi yang datang dari dunia Sepak Bola. Buat anda para 'GIBOL' (Penggila Bola) pasti sudah tidak asing lagi dengan duel yang disebut El Clasico. Ya,El Clasico merupakan kisah perseteruan yang tidak ada habis-habisnya antara 2 klub Sepak Bola Spanyol yang merupakan 2 kekuatan tim superior di dunia siapa lagi kalau bukan Barcelona dan Real Madrid. Nyatanya, perseteruan antara dua raksasa sepak bola Spanyol ini sudah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Berikut ini informasi selengkapnya.

Sejarah Panjang Duel El Clasico Barcelona Vs Real Madrid
Latar Belakang Sejarah
Zaman dahulu Spanyol pernah dijajah oleh kaum Moor dari Afrika Utara.Daerah Kerajaan Aragon (Etnis Catalan)yang tak pernah merasakan penjajahan menjadi Kerajaan Kristen satu-satunya yang berada di Spanyol utara yang tak tersentuh oleh invansi bangsa Moor. Pada abad ke 14 Kerajaan Spanyol bersatu yang terbentuk setelah penguasa Kerajaan Aragon (Catalan) dan Castila (secara umum spanyol) yang akhirnya membentuk Kerajaan Spanyol Modern. Namun kehadiran catalonia seperti "anak haram" yang tidak diinginkan oleh Spanyol itu sendiri yang akhirnya menjadi duri dalam daging bagi kedua pihak yang bersangkutan. Pada perang saudara Spanyol tahun 1936 Fransisco Franco banyak membantai etnis catalonia yang membuat masalah pertikaian antara etnis ini semakin memanas.

Kebanggaan Kerajaan vs Kebanggan Si Anak Haram
Real Madrid yang notabenenya adalah klub yang mewakili kerajaan Spanyol dalam pentas liga Spanyol menjadi klub tersukses dalam sejarah liga negara tersebut. Namun dari belakang, Publik Catalonia juga memiliki kebanggan tersendiri yaitu FC Barcelona yang mewakili perjuangan rakyat catalonia melalui Sepak Bola. Intrik Politik, Ekonomi, Etnis, Budaya, Wilayah, serta keindahan sepak bola itu sendiri membuat el clasico menjadi salah satu seri sepak bola yang paling unik sepanjang masa yang akhirnya membuat setiap episode dari el clasico menjadi episode yang sangat dramatis dalam sejarah sepak bola dunia.

Arti Nama El Clasico
El Clasico adalah nama yang diberikan ketika mempertemukan dua klub raksasa Sepak Bola asal Spanyol antara Barcelona vs Real Madrid. Setiap tahunnya El Clasico dipastikan mempertemukan sebagai bagian dari kompetisi La Liga Spanyol, dengan maksimum sembilan pertandingan tahun, dengan dua tambahan di Copa del Rey, Liga Champions, dan Supercopa de Espana, dengan kemungkinan lain dalam Piala Super UEFA dan Liga Champions.

Madrid dan Barcelona merupakan dua klub Bola dan Entitas terbesar di negara Spanyol, jika kita membandingakan kotanya, kedua kota tersebut merupakan kota terbesar di Spanyol. Jika berbicara klub sepakbola, keduanya merupakan dua klub besar,paling sukses, paling kaya , dan juga memiliki basis fans yang paling banyak di negara Spanyol (belum termasuk fans dari luar negara Spanyol). Kedua stadion mereka ( stadion Santiago Bernabeu dan Nou Camp) sudah seperti rumah ibadah bagi kedua fans, yang dianggap sangat suci oleh fans Madrid dan Barca, dan haram hukumnya melihat kesebelasan kesayangan mereka kalah di kandangnya sendiri.

Rivalitas kedua klub ini awalnya bermula dari partai-partai politik yang menggunakan media sepakbola sebagai salah satu cara untuk meraih banyak massa, lalu berubah menjadi pertarungan budaya antar kaum Castille (kerajaan) yang diwakili oleh Real Madrid dan kaum cataluna yang diwakili oleh Barcelona. Dan di era modern sekaragn rivalitas ini berubah menjadi sebuah pertaruhan ideologi sepakbola masing-masing, kedua klub mengklaim bahwa mereka lebih baik dari rivalnya.

Sepanjang Sejarah El Clasico, Barca dan Madrid sudah bertemu 165 kali di La Liga, dan 221 kali di semua ajang. Si Putih kesayangan Kerajaan Spanyol secara overall masih unggul dalam rekorhead-to-head atas anak-anak Catalonia, daerah otonomi yang dulu tertindas semasa rezim Jenderal Franco dan dianggap pemberontak lantaran ingin memisahkan diri (bukan rahasia lagi bahwa rivalitas kewilayahan inilah yang memicu kebencian hebat di antara kedua kubu meski di era modern alasan tersebut tampak kurang valid lagi).

Berikut ini Head to Head Barcelona vs Real Madrid :

Real Madrid menang : 90
Seri : 55
Barcelona menang : 104

Gol Real Madrid : 404
Gol Barcelona : 432

Total pertandingan : 249

HOT TOPIK